Jul 3, 2017 - transportasi massal berbasis Light Rail Transit (LRT) guna. ADHI dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan. Selain di Adhi Karya, beliau juga berprofesi sebagai peneliti, penulis. Teknik Sipil dari Institut Teknologi Sepuluh di Surabaya. In drafting the proposal plan, the Board refers to. Tentu saja bukan hanya proposal skripsi teknik sipil tapi skripsi teknik sipil juga. Melalui artikel berjudul 475 Kumpulan Contoh Judul Skripsi Teknik Sipil Terlengkap dan Terbaru in saya coba untuk menyajikan judul-judul skripsi yang paling bagus dan mudah dikerjakan oleh temen-temen semua.
PROPOSAL SKRIPSI ANALISIS PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN PASIR DENGAN PECAHAN BATU BATA TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK Disusun oleh: ANGGIA BAGUS RACHMAWAN NIM 4.11.12.0.04 CATYAHISWARA PRASIDYA PANUKSMAJATI NIM 4.11.12.0.09 PROGRAM STUDI TEKNIK PERAWATAN DAN PERBAIKAN GEDUNG JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2016 i HALAMAN PERSETUJUAN 1. Judul Skripsi: Analisis Pengaruh penggantian Sebagian Pasir dengan Pecahan Batu Bata Terhadap Kuat Tekan Paving Blok Pelaksana: a.
Anggia Bagus Rachmawan 2. Catyahiswara Prasidya Panuksmajati b. NIM: 4.11.12.0.04 4.11.12.0.09 c. Progam Studi: Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung d. Jurusan: Teknik Sipil 2. Pembimbing: a.
Pembimbing I: Supriyo, S.T., M. Pembimbing II: Sutarno, Drs., M. M Semarang, Maret 2016 Pelaksana II Pelaksana I Catyahiswara Prasidya Panuksmajati 4.11.12.0.09 Anggia Bagus Rachmawan 4.11.12.0.04 Menyetujui: Pembimbing I Pembimbing II Supriyo, S. 90031003 Sutarno, Drs., M.
87031001 Mengetahui, Ketua Progam Studi Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung Marsudi, S. 0112100 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paving blok merupakan suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut (SNI 03-0691-1996). Struktur paving blok sudah mulai dipergunakan di Eropa sejak sekitar tahun 1950, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada tahun 1977 yaitu pada pembuatan trotoar di jalan Thamrin dan terminal bis Pulo Gadung, Jakarta.
Sejak itu paving blok mulai dipakai pada tempat-tempat parkir, trotoar, pelataran gedung, jalan akses di pemukiman real estate dan perkerasan jalan pada daerah-darah tertentu. Akhir-akhir ini paving blok sudah mulai digunakan pada trial section yang dilalui lalu lintas berat. ( Lilley, 1979). Paving blok memiliki banyak kelebihan dan keuntungan baik dari segi kekuatan, kemudahan pembuatan maupun pelaksanaannya. Bentuk dan ukuran paving blok didesain sesuai dengan fungsi dan penggunaannya. Beberapa keuntungan menggunakan paving blok adalah tahan lama (durability), good performance in settlements conditions, erasier acces to underground services, simple construction, immediaty availability. (Bakhtiar, A.
Seiring dengan meningkatnya pembangunan di Indonesia, maka permintaan akan beton menjadi semakin meningkat pula. Hal tersebut mengakibatkan ketersediaan bahan alami seperti pasir menjadi semakin menipis.
Oleh karena itu diperlukan bahan alternatif lain yang dapat digunakan sebagai campuran adukan beton berupa limbah pecahan batu bata. Limbah pecahan batu bata tersebut apabila dihancurkan dapat menjadi agregat pengganti pasir yang biasanya digunakan sebagai agregat beton konstruksi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adamson, dkk. (2015), beton yang dibuat dengan campuran agregat pecahan batu bata 1 menunjukkan sedikit peningkatan dalam hal kuat tekan dibandingkan dengan beton yang dibuat dengan 100% agregat alami. Di kota Semarang tepatnya di daerah Penggaron, merupakan salah satu daerah pengrajin batu bata. Hampir sebagian besar penduduk disana bekerja sebagai pengrajin batu bata.
Batu bata yang diproduksi di daerah Penggaron masih menggunakan cara konvensional, yaitu dengan menggunakan tanah liat yang dicetak lalu dibakar. Dalam survei yang penulis lakukan, pemilihan batu bata Penggaron sebagai bahan pembuatan paving blok didasarkan adanya limbah pecahan batu bata yang rusak saat produksi maupun saat transportasi. Oleh penduduk sekitar, pecahan batu bata yang rusak tersebut digunakan untuk timbunan jalan setempat. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan pecahan batu bata di daerah penggaron tersebut sebagai campuran pasir pada pembuatan paving blok diharapkan mampu mengurangi limbah pecahan batu bata serta untuk menambah ketahanan paving blok terhadap tekan. 1.2 Perumusan Masalah Dengan banyaknya produsen batu bata di daerah Penggaron, maka akan menimbulkan permasalahan yaitu banyaknya limbah pecahan batu bata. Sehingga perlu dimanfaatkan keberadaannya.
Dalam penelitian ini penyusun akan mengkaji limbah batu bata tersebut sebagai bahan pengganti sebagian pasir pada pembuatan paving blok. 1.3 Batasan Masalah Batasan – batasan dalam penelitian kami adalah: 1.
Semen yang dipakai untuk campuran beton adalah Semen Portland tipe I (Semen Gresik). Pasir yang dipakai untuk campuran agregat adalah pasir Muntilan. Limbah batu bata yang dipakai untuk campuran adalah batu bata Penggaron Semarang. Air yang digunakan untuk mencampur agregat adalah air PDAM Kota Semarang.
Paving blok yang akan dibuat berbentuk segi empat dengan ukuran (21 x 10 x 6) cm. Pengujian yang dilakukan adalah uji kuat tekan paving blok. Paving blok yang di buat adalah paving blok mutu kelas II. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui kuat tekan paving blok yang dibuat dengan mengganti sebagian pasir dengan pecahan batu bata.
Untuk membandingkan kuat tekan paving blok yang dibuat menggunakan komposisi bahan tanpa pecahan batu bata dengan paving blok yang dibuat dengan mengganti sebagian pasir dengan pecahan batu bata. Untuk memanfaatkan limbah batu bata di daerah Penggaron Semarang menjadi bahan pengganti sebagian pasir dalam pembuatan paving blok. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dapat diketahui pengaruh dari penggunaan limbah batu bata Penggaron Semarang dalam pembuatan paving blok.
Dapat memberikan wawasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam pembuatan paving blok. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi industri bahan bangunan atau produsen paving blok. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paving Block Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen Portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut (SNI 03-0691-1996). Menurut SK SNI T-04-1990-F, Paving blok adalah segmen segmen kecil yang terbuat dari beton dengan bentuk segi empat atau segi banyak yang dipasang sedemikian rupa sehingga saling mengunci. 2.2.1 Klasifikasi Paving Blok Paving blok memiliki mutu yang bermacam macam sesuai dengan kebutuhan.
Dalam SNI 03-0691-1996, mutu paving blok ditentukan sebagai berikut: a. Paving blok mutu A, digunakan untuk jalan. Paving blok mutu B, digunakan untuk pelataran parkir. Paving blok mutu C, digunakan untuk pejalan kaki. Paving blok mutu D, digunakan untuk penggunaan lain. Beberapa syarat mutu paving blok berdasarkan SNI 6 adalah sebagai berikut: a. Sifat Tampak Paving blok memiliki bentuk yang sempurna, tidak boleh mengalami retak retak ataupun cacat, serta bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan dengan kekuatan tangan.
Bentuk dan Ukuran Dalam hal ini bentuk dan ukuran paving blok untuk lantai tergantung dari persetujuan pemakai dan produsen. Dimana produsen akan memberikan penjelasan mengenai bentuk, ukuran, dan konstruksi pemasangan paving blok untuk lantai. Sifat Fisis Bata beton untuk lantai harus memiliki kekuatan fisis seperti pada tabel di bawah ini; Tabel 1. Kekuatan fisis paving blok Mutu Kuat Tekan (Mpa) Ketahanan Aus (mm/menit) Penyerapan Air rata- Rata- Min rata 2.2 Rata- Maks rata (%) rata I 40 34 0,090 0,103 3 II 30 22,5 0,130 0,149 5 III 20 17 0,160 0,184 7 Bahan Penyusun Paving Blok 2.2.1 Semen Semen merupakan material yang berfungsi untuk mengikat mineral menjadi satu kesatuan. Untuk tujuan konstruksi, semen digunakan untuk mengikat material yang digunakan seperti batu, pasir, bata, dan lain-lain. Dalam dunia konstruksi, semen yang sering digunakan adalah jenis semen Portland atau biasa disebut Portland Cement (PC). Nama INI diambil dari suatu daerah di Inggris yang memiliki batuan kapur berwarna sama dengan semen.
Semen Portland terdiri dari komposisi utama berupa kapur, silica, alumina dan besi oksida. Di Indonesia semen Portland yang diproduksi dibagi menjadi lima jenis, yaitu tipe I, II, III, IV, dan V. Perbedaan kelima jenis te rsebut adalah untuk mencapai tujuan atau target bangunan tertentu.
Rinciannya adalah sebagai berikut: 5 a. Semen tipe I, adalah semen yang paling sering digunakan untuk bangunan dan tidak memerlukan persyaratan- persyaratan tertentu seperti jenis lainnya. Semen tipe II, merupakan modifikasi semen tipe I dengan maksud untuk meningkatkan ketahanan terhadap sulfat dan menghasilkan panas hidrasi yang lebih rendah. Semen jenis ini biasanya digunakan untuk bangunan yang terletak di daerah dengan tanah berkadar sulfat rendah. Semen ini memiliki kandungan C 3A yang rendah.
Semen tipe III, merupakan semen yang cepat mengeras. Beton yang menggunakan semen tipe ini akan cepat mengeras. Kekuatan yang dicapainya dalam 24 jam setara dengan kekuatan beton dari semen biasa dalam 7 hari. Dan dalam 3 hari kekuatan tekannya akan setara dengan kekuatan tekan beton dengan semen biasa dalam 28 hari. Semen ini memiliki kandungan C 3A yang tinggi.
Semen tipe IV, merupakan semen Portland yang dalam penggunaanya memerlukan kalor hidrasi rendah. Semen ini memiliki kandungan C 3S dan C3A yang rendah. Semen tipe V, biasanya digunakan untuk melindungi terhadap korosi akibat air laut, air danau, air tambang, maupun pengaruh garam sulfat pada air tanah.
![Proposal Penelitian Ilmu Teknik Sipil Transportasi Proposal Penelitian Ilmu Teknik Sipil Transportasi](/uploads/1/2/5/3/125387131/107089328.jpg)
Semen tipe ini memiliki resistansi terhadap sulfat yang lebih baik dibanding semen tipe II. 2.2.2 Agregat Agregat merupakan material yang digunakan sebagai pengisi beton. Agregat dapat berupa batuan dan pasir yang saling terikat oleh semen dan air yang mengisi rongga-rongga dalam beton. Dalam pembuatan paving blok, agregat yang biasa digunakan di pasaran adalah pasir dan semen.
6 Pasir merupakan agregat yang digunakan pada pembuatan beton. Pasir umumnya berbentuk butiran dengan ukuran berkisar 0,075 – 4,75 mm.
Butiran pasir yang halus ditambah semen akan mengisi rongga butiran yang halus sehingga diperoleh hasil yang baik. Tetapi jika butiran pasir kasar, hasilnya akan kurang memuaskan karena rongga antara butiran cukup lebar sehingga tegangan tidak dapat menyebar secara merata. Menurut standar nasional indonesia (SK SNI – S – 04 – 1989 – F: 28) disebutkan mengenai persyaratan pasir atau agregat halus yang baik sebagai bahan bangunan sebagai berikut: 1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan indeks kekerasan.